ALAT PENDETEKSI LONGSOR OLEH MAHASISWA FISIKA UNESA
PKM-KC 2019 oleh Pero Nika S1 Fisika Angkatan 2016 dan TIM. Dibimbing oleh Prof. Dr. Madlazim, M. Si berhasil menciptakan LSM (Landslide Smart Mitigation) Berbasis Double Sensor, yaitu alat yang dapat mendeteksi dini bencana longsor di tanah air.
Posisi geologis Indonesia terletak diantara pertemuan lempeng indoaustralia dan lempeng pasifik mengakibatkan sebagian besar wilayah Indonesia berupa pegunungan. Menurut Puslit Tanah dan Agroklimat (dalam Risdiyanto, 2016) luas lahan di Indonesia yang berupa pegunungan dengan lereng berisikoterhadap longsor dan erosi mencapai 45% dari total wilayah. Struktur tanah pada daerah pegunungan relatif tidak stabil. Oleh karena itu saat terjadi pergerakan tanah, tanah rentan terhadap longsor. Bencana tanah longsor sering membawa kerugian bagi kehidupan manusia mulai dari kerusakan hingga korban jiwa. Menurut data Vulkanologi Survey of Indonesia (VSI) setiap tahunnya kerugian yang ditanggung akibat bencana tanah longsor sekitar Rp 800 miliar, sedangkan jiwa yang terancam sekitar 1 juta.
Risiko jatuhnya korban jiwa yang lebih besar dapat dihindari melalui mitigasi bencana dengan memanfaatkan teknologi. Teknologi yang dapat diaplikasikan diantaranya adalah sensor dan mikrokontroler. Sensor dimanfaatkan untuk mendeteksi kemungkinan akan datangnya bencana tanah longsor melalui pengukuran parameter tanah longsor, karena sebelum terjadi tanah longsor terdapat perubahan pada besaran fisis struktur tanah. Hal ini ditandai dengan parameter utama tanah longsor meliputi kadar air yang terukur melalui kelembaban tanah, pergeseran tanah dan kemiringan suatu wilayah. Melalui analisis yang menggabungkan data parameter dapat diprediksi potensi kelongsoran suatu wilayah. Hal ini berbeda dengan teknologi prediksi bencana tanah longsor yang telah dikembangkan di Indonesia. Diantaranya teknologi sensor Light Dependent Resistor (LDR) yang dikembangkan oleh Sudibyo dan Ridho (2015) dari Institut Darmajaya. Namun, teknologi tersebut kurang cepat dan presisi untuk dijadikan perangkat mitigasi karena parameter yang digunakan hanya pergerakan tanah. Sehingga prototipe tersebut hanya mampu mendeteksi ketika telah terjadi longsor. Begitu pula dengan prototipe pemantau pergerakan tanah yang diciptakan oleh Ismawanto, dkk. (2012) dari Universitas Gadjah Mada dengan menggunakan sensor akselerasi dan sensor digital.
Oleh karena itu, penulis mengusulkan sebuah prototipe pendeteksi tanah longsor yang mengukur parameter vital tanah longsor sekaligus dengan menggunakan sensor soil moisture dan sensor potensiometer. Hasil deteksi sensor akan diterima oleh transmitter dan diteruskan secara wireless ke unit receiver yang selanjutnya ditampilkan pada papan informasi digital berupa warning system di wilayah rawan longsor. Sehingga, informasi tersebut dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat. Prototipe tersebut diharapkan mampu menjadi perangkat mitigasi dini bencana tanah longsor yang presisi, akurat dan dapat mengurangi risiko korban jiwa. Selain itu, luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah publikasi artikel ilmiah sebagai informasi awal dalam pengembangan studi mitigasi bencana tanah longsor.